Jamal Duduk Terdiam: Mengapa Kita Kehilangan Motivasi & Cara Mendapatkannya Kembali
Jamal duduk di tempat tidurnya, menatap langit-langit. Ponselnya tergeletak di sebelahnya, bergetar dengan notifikasi, tetapi ia tidak peduli. Tugas sekolah menumpuk, kamarnya berantakan, dan daftar tugasnya terasa tak ada habisnya. Namun, yang ingin ia lakukan hanyalah… tidak melakukan apa pun. Ia merasa terjebak—seperti menjalani hidup tanpa benar-benar merasakannya.
Mengapa Kita Kehilangan Motivasi?Kisah Jamal bukanlah hal yang unik. Sebagian besar dari kita tumbuh dengan mengikuti perintah. "Pergi ke sekolah." "Kerjakan PR-mu." "Bersihkan kamarmu." "Belajar untuk ujian." Selalu ada orang lain yang memberi tahu apa yang harus dilakukan. Lama-kelamaan, kita berhenti berpikir sendiri dan hanya mengikuti arus. Dan inilah yang membuat kita kehilangan motivasi—ketika kita tidak memiliki kendali atas pilihan kita sendiri, kita pun berhenti peduli.
Jamal merasakan hal ini dengan mendalam. Semakin ia membiarkan hidup mengalir begitu saja tanpa mengambil kendali, semakin kosong ia merasa. Dan saat pikiran kosong, godaan datang, mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Ketika kita tidak punya tujuan, distraksi mengambil alih dan bisa membawa kita ke jalan yang salah.
Suatu malam, saat ia menggulir layar ponselnya tanpa tujuan, Jamal mulai memikirkan arah hidupnya. Saat itu ia sadar—ia seperti seorang pengemudi dengan GPS tetapi tanpa tujuan. Ia bergerak, tetapi tidak tahu ke mana harus pergi. Tidak heran ia merasa tersesat. Memiliki tujuan yang jelas memberi kita fokus dan alasan untuk terus maju.
Bagaimana Kita Bisa Mendapatkannya Kembali?Kabar baiknya: kamu tidak harus terus terjebak. Motivasi bukan sesuatu yang ditemukan, tetapi sesuatu yang diciptakan. Inilah cara Jamal mengubah keadaannya:
✅ Ia mengambil kendali kembali – Alih-alih menunggu perintah, ia mulai membuat keputusan sendiri. Bahkan keputusan kecil, seperti menentukan tugas mana yang akan dikerjakan lebih dulu, memberinya rasa memiliki atas hidupnya.
✅ Ia menemukan "mengapa"-nya – Jamal bertanya pada dirinya sendiri mengapa ia melakukan sesuatu. Jika hanya karena disuruh orang lain, ia tahu ia tidak akan peduli. Tapi ketika ia menghubungkan tugasnya dengan sesuatu yang berarti, ia merasa lebih termotivasi.
✅ Ia keluar dari rutinitas – Melakukan hal yang sama setiap hari melelahkan. Jadi, ia mencoba hal-hal baru, menantang dirinya sendiri, dan mengubah kebiasaannya.
✅ Ia mulai berpikir sendiri – Alih-alih menunggu orang lain memberinya arahan, ia mulai mempertanyakan hal-hal di sekitarnya, mengeksplorasi ide, dan mencari tahu apa yang benar-benar penting baginya.
✅ Ia menjadi lebih penasaran – Rasa ingin tahu memicu motivasi. Ia mulai bertanya lebih banyak, mengeksplorasi minat baru, dan belajar hal-hal hanya untuk kesenangan. Semakin penasaran ia, semakin hidup terasa menarik.
✅ Ia langsung bertindak – Motivasi datang dari tindakan, bukan sebaliknya. Jadi, alih-alih menunggu untuk "merasa" termotivasi, ia memulai dari hal kecil. Dan saat ia melihat kemajuan, motivasinya tumbuh dengan sendirinya.
Jamal tidak menemukan semua ini sendirian. Ia punya seorang mentor—seseorang yang pernah berada di posisinya dan membantunya melihat segalanya dari sudut pandang berbeda. Mentor itu? Itu aku, penulis artikel ini. Aku telah melihat banyak anak muda mengalami apa yang dialami Jamal, dan aku tahu bahwa dengan pola pikir dan tindakan yang tepat, siapa pun bisa mengubah hidupnya.
Pada akhirnya, motivasi bukan tentang menunggu momen yang sempurna—tetapi tentang mengambil kendali atas hidupmu sendiri. Jadi, berhentilah menunggu seseorang memberitahumu apa yang harus dilakukan. Pikirkan sendiri, jadilah lebih penasaran, ambil tindakan, dan ciptakan motivasi yang kamu butuhkan. Seperti Jamal, kamu pasti bisa! 💪
When you subscribe to the blog, we will send you an e-mail when there are new updates on the site so you wouldn't miss them.
Hi! Click on one of our representatives below to chat on WhatsApp or send us email to hello@alfaritas.com